Rabu, 18 Mei 2011

POLA PIKIR (EPISODE TWO)

POLA PIKIR (EPISODE TWO)
Di tulisan sebelum ini, saya telah membahas mengenai sejarah –terutama islam. Sejarah tersebut merupakan sedikit pemaparan dari perkataan ulama sufi mengenai tiga hidup yaitu masa lalu, masa kini dan masa akan datang. Berikut ini adalah bahasan untuk hidup masa kini.
Eksistensi hidup kita sekarang tidak bisa lepas dari masa lalu. Baik masa lalu diri kita sendiri maupun masa lalu diluar diri yang secara langsung ataupun tidak telah membentuk eksistensi hidup kita. Dalam ilmu psikologi, perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu FIELD OF EXPERIENCE (bidang pengalaman) dan FRAME OF REFERENCE (cakupan pengetahuan).
Dua hal ini layaknya dua sisi keping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang dalam hidupnya sering menyaksikan atau bahkan mengalami kekerasan, giliran selanjutnya hidup orang tersebut tidak akan jauh dengan dunia kekerasan. Maka tak heran seorang petinju akan melahirkan seorang petinju pula. Begitu pula seorang kyai, misalnya, kelak ia akan melahirkan seorang kyai pula.
Ini sangat dimungkinkan mengingat bidang pengalaman seseorang akan menjadi pijakan untuk langkah selanjutnya. Bidang pengalaman (field of experience) tersebut pada saat bersamaan akan menjadi lingkup pengetahuan (frame of reference) seseorang. Dari sini muncul apa yang dinamakan pola pikir. Pola pikir ini akan melahirkan ide, cita-cita, juga hasrat untu berbuat dan menjadi. Seseorang dengan pola pikir yang benar cenderung akan mendapatkan apa yang di ide atau cita-citakan.
Ibarat orang akan melakukan perjalanan yang belum pernah dilalui, peta (sekarang sinyal GPRS) adalah hal dominan yang harus dikantongi sebelum melakukan perjalanan. Cukup? Belum … masih dibutuhkan kemampuan dan keahlian membaca peta tersebut. Berapa kilometer… derajat bujur selatan atau utara, jalan mulus atau masih makadam, macet atau tidak dsb. Jika ini sudah dipahami, insyaallah perjalanan bisa sangat gayeng juga tidak kuatir tersesat meski jalan belum pernah dilalui.
Bandingkan dengan orang yang melakukan perjalanan yang sama tanpa membekali diri dengan peta dan cara membacanya? Apakah sampai tujuan? Bisa jadi. Tapi berapa kali kita muter-muter dijalan yang sama? Berapa kali kita turun kendaraan sekedar Tanya orang dipinggir jalan agar tidak tersesat. Berapa waktu yang terbuang untuk itu semua? Belum lagi rasa was-was akan jalan yang dipilih. Sudah benar atau menyimpang dengan informasi yang diberikan? Giliran yakin jalan sudah benar mobil berhenti di tengah jalan ado lor ado kidul pom bensin entah dimana berada. Nah, lho soro kabe yo….
Disinilah pentingnya pola pikir yang benar. Map atau peta adalah pola pikir. Ia adalah garis yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Ada banyak garis, yang lurus maupun berkelok-kelok. Yang sambung ataupun putus-putus. Yang putih, kuning, merah ataupun biru. Cara membaca dan memahaminya harus benar. Jika salah fungsi peta tersebut otomatis tidak berguna,-minimal kurang efektif.
Seringkali kita mendapati para “musafir” yang kebingungan menentukan arah tujuan. Padahal para musafir (baca : pejuang hidup ) tersebut adalah orang-orang yang gigih dalam menjalani hidupnya. Tapi kenapa masih bingung? Peta bahkan GPRSpun sudah dikantongi. Lalu apa penyebabnya? Ternyata kebanyakan dari mereka kesulitan membaca informasi yang diberikan dalam peta tersebut. Usaha sudah dijalani belasan tahun, lancar ingin melebarkan sayap, terbang… salah jalur jadi blunder. Mental,Tekad , dan semangat membara tapi tidak tahu mau kemana? Kans dan kesempatan melakukan perjalanan lebih jauh masih terbuka, terhenti selamanya gara-gara masalah sepeleh ban pecah. Infra serta suprastruktur sudah memadai guna melakukan tracking tapi tereduksi oleh ribetnya barang bawaan. Dan seabrek kisah klasik yang tidak hanya mencakup masalah dunia kerja dan investasi semata, juga meliputi masalah rumah tangga akan beban hidup yang makin berat. Lebih-lebih juga merambah pada aqidah dan moral. Semua ini dikarenakan kelemahan kita dalam membaca dan memahami informasi yang diberikan.
Dalam hidup, pola pikir yang benar mutlak diperlukan. Apa yang menjadi tujuan hidup harus terkonsep dan terealisasi dengan benar. baik yang sekarang maupun yang akan datang. Yang akan datang adalah harapan. Yang sudah usai adalah kenangan. Yang sekarang adalah tindakan. Ketiganya adalah mata rantai yang tak terpisahkan. Tetap dengan niat baik, tetap dengan berkarya dan tetap dengan pola pikir yang benar.
Bersambung….
WASSALAM, JUNIOR 17 MEI 2011. Selalu kunjungi www.merinagold.blogspot.com